Saturday, December 13, 2014

Jalan-jalan di Kota Yunlin - Taiwan

Tinggal dan sekolah di Yunlin, tapi belum pernah keliling Yunlin, belum afdol pastinya. Oleh karena itu, ikutan acara yang diselenggarain international affairs di universitas. Walaupun event kali ini, international students yang datang 3 negara: China-Malaysia-Indonesia.. #refresh #otak #pikiran #hiburan .. daripada mumet mikirin tugas muluu..

Desember 2014 ini lagi musim winter, beberapa hari ini di Yunlin berkisar 11-18 derajat Celcius, Katanya, besok lusa bakal 8 atau 9 derajat Celcius. FYI, gedung-gedung di Taiwan ga ada heater. And FYI, di Taiwan gada salju. Kalo mau ngeliat salju pun kamu harus ke Hu Han Shu dulu (gatau lah aku lupa nama gunungnya apa, tapi pengucapannya kayak gitu). Rencananya bulan Januari depan, sama beberapa temen mau ke Jepang niih (demiii ngerasain dinginnya salju :p). (Semoga jadii ke Jepaaanngg. Amiin).

Hari ini pergi sama international students, ke 3 tujuan:
1.  Visit Chao Yang Solar Farm, Kang Yao di Mailiao
     Apa saja yang bisa dilakukan disana?
     Learn how to Kang Yao
     Put food into the “Yao”
     See around Solar Farm
     Lunch Time
 





2. Visit Ding Shi Colorful Painting Community







3. Visit Shing-long Textile Factory


Too lazy for adding description in this blog.. :) arr...
#semangat #lanjut #nugas #back to real world baby!

 

Tuesday, July 22, 2014

Konspirasi Internasional di Indonesia

Yesterday, I read a book with title “Reformasi Kesejahteraan Aparatur Negara”. This book is still outstanding even though it is published in 2010 (4 years ago). The book tells an abundance explanation about pension fund and a little international confederation. Personally, it is more interesting for me to read about the explanation of International Confederation.

Sorry, it has been a long time I didn’t write any opinion. I lost my writing ability, it is different with 2-4 years ago, when I was an undergraduate student (OMG, I want to study again). Sorry, I don’t think that plagiarism is a criminality. So, here it is what the book say:

KONSPIRASI INTERNASIONAL

“Dengan adanya kebutuhan untuk menutup deficit nereca pembayaran luar negeri dan untuk pembiayaan pembangunan maka sejak bertahun-tahun Indonesia sangat tergantung kepada hutang luar negeri sampai terakumulasi dalam jumlah yang sangat besar dan berat untuk dibayar kembali. Beban hutang luar negeri menjadi semakin parah pada saat terjad penurunan nilai mata uang rupiah yang sangat signifikan.
Hutang luar negeri diantaranya berasal dari Negara-negara donor yang tergabung dalam International Monetary Fund (IMF) dan World Bank. Pendirian kedua lembaga keuangan internasional tersebut didasarkan atas kesepakatan Bretton Woods pada tahun 1945. Sejak tahun 1970 IMF telah mengeluarkan Special Drawing Rights (SDRs) sebagai pengganti emas dan dapat digunakan sebagai cadangan uang luar negeri. Julah SDRs dapat ditentukan oleh IMF sepanjang dianggap perlu untk meningkatkan cadangan internasional untuk menumbuhkan perdagangan dan ekonomi dunia.
Menilik dari motif pendirian dan sumber pendanaan IMF tersebut jelas menunjukkan bahwa system pinjaman luar negeri yang dijalankan IMF mempunyai unsur riba dan didasarkan kepada mata uang yang riba pula. Dalam kolom Renungan Ramadhan di harian Media Indoensia tanggal 10 November 2003, Nurcholis Madjid menulis artikel dengan judul “Riba adalah Perbuatan Paling Haram”. Dalam artikel tersebut dinyatakan bahwa Allah memberikan peringatan yang sangat keras mengenai riba ini sebab dapat menjurus kea rah perbudakan (exploitation human by man).
Penjelasan Cak Nur tersebut sanga relevan dengan kondisi Indonesia akhir-akhir ini. Masih jelas dalam ingatan kita bagaimana seorang Campdesu yang saat ini menjadi Presiden Direktur IMF dengan sangat ponghanya menyaksikan manan Presiden Suharto yang tengah mendandatangani Letter of Intent (LOI) untuk mendapatkan tambahan hutang luar negeri pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi dan moneter yang sangat parah.
Kesan proses penindasan manusia kepada manusia lainnya (exploitation human by man) juga dapat dengan jelas disaksikan dari berbagai tuntutan IMF terhadap pemerintah Indonesia untuk melakukan apa saja yang dapat menguntungkan negara-negara donor yag tergabng IMF tersebut. Di antaranya termasuk tekanan IMF untuk melakukan privatisasi yang berarti harus menjual asset-aset negaar kepada Negara-negara tersebut dengan harga yang murah. “

“Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) sudah menjadi penyakit yang sangat kronis bagi bangsa Indonesia dan sudah berlangsung hampir di seluruh lembaga dan meliputi semua aspek kehidupan. Data terakhir menunjukkan bahwa Indoensia masih tergolog yang mempunyai tingkat korupsi yang tinggi di dunia. Berdasarkan corruption index yang dikeluarkan oleh lembaga internasional, Indonesia menduduki peringkat yang tertinggi di Asean dengan angka indeks 2,15; Philippina 3,92; Thaland 5.18; Malaysia 7,38; Singapura 8,22.
Kondisi ini tentunya menjelaskan suatu tingkat korupsi yang sangat luar biasa cakupannya, termasuk aparatur negara serta pejabat negaranya. Sebagai dampak dari praktek-praktek KKN tersebut, maka Indonesia mengalamai krisis yang berkepanjangan dan timbulnya bencana yang terus-menerus. Negara-negara di Asean yang terkena krisis akibat krisis moneter yang dimulai tahun 1997 telah mulai menunjukkan perbaikan ekonominya. Namun Indonesia bahkan terperososk menjadi krisis yang berlarutlaut bahkan bertambah menjadi krisis moral dan akhlak. Kondisi ini diperparah dengan munculnya berbagai bencana alam yang melanda di seluruh pelosok tanahair. Bencana gnug berapi, banjir, tsunami telah menambah penderitaan dan memperparah keadaan serta menambah beban keuangan negara.
Patut diduga bahwa akibat pembiayaan pembangunan dengan menggunakan sumber pembiayaan yang kotor dan ribawi serta APBN yang kotor, maka terjadilah berbagai bencana dan krisis termasuk korupsi.
Sebagi resultante dari berbagai permasalahan tersebut maka kemiskinan di Indonesia semakin mengingkat. Data dari ILO menunjukkan bahwa jmlah masyarakat yang miskin meningkat dari 34,5 juta pada tahun 1996 menjadi 38,4 juta pada than 2002. Jumlah ini berkisar 18%-24% dari jumlah penduduk dan kebanyakan terjadi di sector pertanian yan gmencapai 57%-70%. Ha ini menunjukkan bahwa kebijakan penciptaan laparngan kerja tidak berjalan optimal dan keadaan ini juga diakibatkan oleh adanya kendala dalam pembiayaan investasi jangka panjang.”
“Sebagai akibat dari krisis ekonomi dan moneter yang sangat hebat sejak tahun 1997 dan akibatnya sangat terasa bagi seluruh sendi perekonomian bahwa kehidupan bangga dan negara Indonesia, maka, Presiden soeharto setuju meminta bantuan IMF. Lewat perjanjian yang disepakati, IMF setuju untuk memberikan paket pinjaman bersyarat senilai $ 36 miliar selama 1997-2003. Namun sesuai dengan surat sanggup atau Letter Of Intent (LOI) yang ditandatangani Indonesia harus menjalani reformasi dan pembatasan-pembtasan yang ketat, mulai dari penutupan bank, penjualan Aset BUMN hingga menaikkan suku bunga, menimbulkan gelombang protes dan kemarahan. Namun demikian, nasehat-nasehat IMF banyak yang justru salah arah. Dalam surat kabar Kompas dan Tempo tanggal 14 November 2003 tertulis peryataan dari Asisten Direktur IMF untuk Asia Pasific Charles Adams di Bangkok, Thailand seperti dikutip AFP yang menyatakan “Kami mengakui telah melakukan kesalahan selama mengagani krisis di Asia. Tiak semua orang sependapat dalam hal apa pastinya kesalahan-kesalahan itu.” Dalam Koran /tempo tanggal 24 Juni 2004 Lembaga Pengawas Independen IMF (The Independent Evaluation Office) dalam laporan terbarunya menyebutkan, IMF telah gagal memahami problem utama krisis yang dihadapi Indonesia pada 1997. IMF juga telah melakukan kesalahan dengan memberikan nasehat dan jalan keluar yang kurang tepat bagi Indonesia dalam mengatasi krisis ekonominya.
Indikasi terjadinya konspirasi internasional untuk melemahkan negara dan bangsa Indoensia dapat tercermin dari Pengakuan Perkins. Perkins yang warganegara Amerika Serikat menuliskan pengalamannya selama menjadi “hit-man” dalam bukunya “The Confessions of an Economic Hit Man” mengakui bahwa selama masa tugasnya yang pertama kali di luar negeri adalah di Indonesia. Selama itu dia tinggal Hotel Borobudur dengan tujuan untuk membuat Indonesia menjadi negara yang selaanya sangat tergantung dengan pinjaman luar negeri. Dengan memanipulasi laporan keuangan proyek untuk memudahkan mendapatkan dana dari luar negeri kemudian menjerumuskan negara ini ke dalam jurang utang yang terus menerus dan sulit untuk dibayar. Setelah tergantung dari pinjaman, maka kemudian mencoba dihancurkan ekonominya dengan jalan penguasaan sumber alam dan sumber daya ekonominya. Upaya yang dilakukan selama itu antara lain menyebarkan berita kebohongan dengan mengatakan bahwa ekonomi Indoensia semakin baik fundamennya kuat dengan memanfaatkan pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan international.
Oleh karena itu, sudah saatnya Indonesia lebih mandiri sebagai bangsa dan negara. IMF telah mengakui kesalahannya dalam memberikan nasehat kepada Indonesia. Namun demikian, Indonesia telah terlanjur dilanda krisis yang berkepanjangan, PHK merajalela, kemisikinan dan pengangguran di mana-mana, serta penguasaan asset-asset nasional oleh pihak asing sebagai akibat privatisassi,serta terjadinya low trust society.
Selama ini Indoensia telah mengikuti nasehat IMF dengan mentah-mentah tanpa suatu penelitian dan pendalaman terlebih dahulu. Jikapun telah melalui pengkajian berarti diterima karena kebodohan kita. Apakah dengan demikian IMF akan dengan serta merta membebaskan Indonesia dari beban hutang  kepada mereka? Tentunya mereka tidak akan melakukan hal itu, karena mungkin memang kondisi demikianlah yang diharapkannya sehingga Indoensia semakin tergantung kepada nasehat dan bantuannya. Bila perlu Pemerintah harus mengajukan claim of damage kepada IMF.”

Those paragraphs are taken from Reformasi Kesejahteraan Aparatur Negara book, written by Drs. Achmad Subianto, MBA., and published by Yayasan Bermula dari Kanan in 2010.
I think this book is also recommended to read:
  Perkins, John, Confessions of An Economic Hitman, Berret-Khler Publishers, Inc, San Fransisco, 2004.
  Pilger, John, The New Rulers of The World, Verso, London, 2003.
  Sachs, Jeffrey, The End of Poverty, Economic Possibilities for Our Time, Penguin Press, New York, 2005
  Prawiro, Radius, Pergulatan Indonesia Membagnun Ekonomi, Pragmatisme dalam aksi, PT. Primamedia Pustaka, Jakarta, 2004
  Choeryanto Syaifoel, Ekonomi Indoensia, Penurunan dan Langkah Penanggulangan, Lembaga Penerbit FEUI, 2002.

READ MY RELATED POST ABOUT INTERNATIONAL CONSPIRATION IN INDONESIA: http://moyajanganmoyan.blogspot.tw/2014/07/konspirasi-internasional-di-indonesia.html

Wednesday, February 5, 2014

Braga Culinary Night (IELTS Writing)

There is a new local tourist attraction in Bandung city called Braga Culinary Night, the first culinary district for people who love to hang out and try many kinds of tasty and delicious foods. The event was held for the first time in January 11, 2014 and will be held every Saturday night –starting from 7 pm to 1 am. The event is held in Baraga Street, one of the historical streets in Bandung – West Java. The street is closed from any vehicles and decorated with colorful flying umbrellas, benches, and tables with flowers. There are more than 45 vendors in Braga Culinary Night (BCN) who sells foods and drinks in various prices, starting from the lowest price until the highest price. There are 3 zones in BCN such as low-price zone, medium-price zone, and high-price zone. In low-price zone, we can find a lot of foods such as fried rice, fried banana, fried chicken, timbel set and soto. You can find sushi, Japanese food consisting of cooked vinegared rice, in medium-price zone, and steak, a cut of grilled; pan-fried; or sliced broiled beef, in high-price zone. Not only that, there are some music stages in some spots for visitors who want to enliven this event. if you want to go to BCN with your family or friends, don’t forget to bring umbrella – because it’s rainy season – and please get ready for the crowd! When I came there, even though it was raining and very crowded, my friends and I still had so much fun there. Well, the Braga Culinary Night is so interesting, you must come to this event!

Jamu (IELTS Writing)

Jamu, traditional medicine in Indonesia, is made from herbs such as sugar, mint, and turmeric. Jamu has been made since 700 Century in the Mataram Kingdom era. Technology has made contribution in giving Jamu's new forms such as powder, pills, capsules, or drinking liquid. Jamu is usually sold by women who carry it in a basket (jamu gendong), or in food stall. We can make Jamu by ourselves because the ingredients are easy to get, especially in tropical zone like Indonesia. The ingredients of Jamu depend on people's illness. For example, if you suffer constipation, you can make Jamu from ginger (Zingiber Officinale), Kencur (Kaempferia Galnga), pepper, Adas (Foenicoulum Vulgare Mill), and citrus. On the other hand, if you suffer problems in your menstruation cycles, you can make Jamu from Beluntas leaves (Pluchea Indica), turmeric, java coconut sugar, and sour tamarind - these can cool your body too. Each herb of Jamu's ingredient gives different benefits for your body. For example, Beras Kencur will reduce body ache and sour tamarind will reduce stomachache. There are many kinds of Jamu. You should choose Jamu which meets your needs. 

Differences between Bugisnese and Sundanese foods

There are several differences between Bugisnese and Sundanese foods. Firstly, Bugisnese serve vegetables as side dish. On the other hand, Sundanese serve those as main course. For example, sometimes Sundanese will eat garnish in family gathering. Secondly, Bugisnese cakes are sweeter than Sundanese cakes. For example, Bugisnese dodols (Bajes) are sweeter than Sundanese dodols because Bugisnese add more sugar into their dodols (Bajes). Thirdly, Bugisnese tend to cool their main course by adding more coconut milk than Sundanese do. We think Sundanese foods are healthier than Bugisnese foods, but if you think Bugisnese foods are more delicious, you have to eat them proportionally. 

Tuesday, February 4, 2014

How to Apply for a Job

Some of fresh graduates students still don't know how to apply for a suitable job, so here are the steps. 
The first step is searching for job vacancies which offer work position that you want. You can do this by searching in websites, reading newspapers and attending job fairs. You have to find out the detailed information about the company and the offered position. However, make sure it is suitable for you. 
The second step is making the application letter and curriculum vitae that illustrate your personal information, education, skills, and work experience. You can learn how to make this from books, the Internet, or friends experiences. You can insert your transcript, graduation certificate, photos, and certificates of achievements into your application folder.
The third step is sending your application by mail, e-mail, or coming directly to the company or job fair. 
The fourth step is waiting for the interview invitation, and preparing yourself for the test. Sometimes it takes about two weeks. However, it can be longer or shorter. It depends on the company. Based on my experience when 1 applied for a job in Pertamina, they sent their invitation after i had waited for four months. 
The fifth step is taking the test. There are 3 kinds of tests: psychotest, interview test, and physical test. You have to improve your logical skills such as arithmetic, algibre, and kraeplin. Read more about interview tips. The more tips you know the more confident you are. Then, don't forget to keep your body healthy or to watch your health and consume various nutritious foods for your stamina and concentration. So that you can face the interview and do physical test well.
The last step is signing the work contract. Make sure that you read the contract carefully. If you don't get the job that you apply in the company, don't worry because maybe this job isn't suitable for you. You can find another job vacancy that is more suitable for you.

How Procurement (Buyer Staff) Buy Items from Suppliers (IELTS Writing)

Buying items from suppliers require a few steps.

The first step is grouping the items that you want to buy, for example, machinery items, probes, and safety items.
The second step is making lists of suppliers for each group. There should be more than 5 suppliers in every list. You can see suppliers classifications - classifications of supplies based on their products- as your reference. 
The third step is sending bidding invitations to the supplier and giving them the due date.
Two days before the due date, you have to remind them by sending an e-mail or making a phone call.
After five days, the next step is analyzing process and specifications of items which are listed on the quotations. You have to choose the successful supplier who gives the lowest price and has same qualifications with items that you need. Sometimes, the successful supplier can be more than one.
The last step is making the contract. At this step, you have to ask confirmations from the suppliers and user regarding the prices, delivery schedules, and specifications on draft contract. You have to make sure that the suppliers prices are lower than the budget and their qualifications are the same with what the user wants.
Please note that the user shouldn't know the names of suppliers and their prices. This is necessary to avoid some deceptions. If both agree with the draft contract, you can make the contract and send it to the suppliers. The task seems easy but it does require honesty and carefulness.

(simple example of basic IELTS Writing)

Nowadays, Korean music becomes popular in other countries, we can give several reasons for that. Firstly, they are creative in creating concepts. Each artist has her/his own characteristics. Secondly, the artists are good looking although they did plastic surgery to have a god look. Thirdly, they are very discipline in learning and practicing. Their performance are almost perfect. The last but not least, the Korea government supports them too to expand their entertainment industry to other countries. We can do the same things to increase popularity of Indonesian music industry.